~ Mengapa untuk satu masalah ini aku sering tidak konsisten? Ambigu dan dilematis. Selalu mengambang di antara ego pribadi dan pertinbangan hati nurani.
~ Aku tidak mau kalau egoku ditindas ego orang lain. Nanun di lain pihak visi hati nuraniku mengarahkan dan mengisyaratkan aku harus mengalah demi kebaikan semua. Ah begitu sulit aku memutuskan, sehingga aku jadi tidak konsisten.
~ Melihat keangkuhanmu (yang semu) aku kadang merasa bahwa aku lebih angkuh dan lebih tegar darimu. Namun aku sering merasakan kesedihanmu, kesendirianmu, kemarahanmu, kegalauan hatimu bahkan kebencianmu (yang semu). Why?
~ Perlu kejernihan logika untuk mengurai benang kusut ini. Ini bukan perkara menang kalah. Ini adalah pertaruhan kepribadian. Mengalah bukan berarti kita kalah. Kadang kita harus mundur satu langkah untuk melompat ke depan. Tidak konsisten demi kebaikan bukan berarti
tidak berprinsip. Memang harus realistis dan pragmatis. Oke don't give up !
By Budijava Rhagagaz
~ Kalau kita mau jujur pada diri sendiri, kita akan melihat bahwa keterbatasan adalah sebuah keniscayaan. Sempurna dan kesempurnaan hanyalah sebuah kata, dan hanya Sang Pencipta yang memilikinya.
~Setiap manusia yang masih berhahan hidup dan menjalani proses kehidupan pasti punya kekurangan dan kelemahan. Baik itu kekurangan fisik, mental, intelektual, spiritual, materi dan lain-lain.
~ Intinya, bagaimana kita melanjutkan hidup dan kehidupan dengan mengoptimalkan keterbatasan kita? Keterbatasan yang kita miliki hendaknya jangan membuat kita lemah dan dan menjadikan kita dikasihani orang lain. keterbatasan tersebut harus kita manfaatkan untuk mengolah kreatifitas berpikir kita. Kalau kita melihat sisi positif dari keterbatasan tersebut maka secara tidak langsung alam bawah sadar kita akan bergerak mencari celah di labirin keterbatasan. Proses pencarian itu akan menjadikan kita manusia yang dinamis dalam pencarian jati diri kita. Membentuk karakter dan kepribadian kita menjadi kuat dan mantap.
~ Jangan menghakimi kelemahan dan kekurangan diri sendiri. Jangan pergunakan keterbatasan kita menjadi bahan keluhan. Jika kita hanya memandang negatif keterbatasan kita, maka kita akan berhenti bergerak, kita menjadi jiwa yang 'mati'. Dalam arti keberadaan kita sebagai manusia tak berarti apa-apa.
~ Aku menyadari bahwa keterbatasanku tak terbatas, tapi aku tahu apa yang harus kulakukan. Limit is no limit. by Budijava Rhagagaz.
~ Mengapa kadang perasaanku membutakan akal sehatku. Menisbikan daya nalarku, menafikan logika alamiku. Sehingga membuat mikrokosmosku sedikit terguncang.
~ Biasanya aku tangguh dan intensif dalam memanfaatkan potensi otakku secara maksimal. Mematangkan karakter dan kepribadian berdasarkan tempaan hidup, yang tak cukup hanya dengan kepandaian, namun harus menggunakan kecerdasan.
~ Oke, jadilah diri sendiri menjadi pribadi yang berkualitas dan berkarakter kuat. Tak bisa menjadi orang pandai, maka jadilah orang baik. Tak bisa menjadi orang yang sukses maka jadilah orang yang berguna.
~ Berimbanglah dalam menggunakan perasaan dan pikiran sehingga mendapatkan solusi kehidupan yang bermakna dan berwarna. Ingat! Hidup dan kehidupan tidak hitam putih, selalu ada wilayah abu abu.
~ Berpikir adalah awal pijakan tindakan manusia. Ada ungkapan Latin, 'cogito ergo sum'. Maknanya 'aku berpikir maka aku ada'. Itu adalah salah satu eksistensi manusia.
~ Berpikir yang bagaimana?
Tentu saja bukan cara berpikir yang dangkal atau spontan. Lebih mengarah ke positive thinking dan open minded.
Berpikir bagaimana kita harus berpikir tidak semudah yang kita pikirkan.
~ Kita berpikir ketika ada masalah, berarti kita mempermasalahkan masalah tadi. Dan saat kita mempermasalahkan masalah tadi kita berada dalam masalah.
~ Maksudnya, jika manusia berpikir dengan menggunakan potensi luar biasa, anugerah Sang Pencipta, yaitu otak, pada hakikatnya manusia itu 'benar-benar ada sebagai manusia'. Sebaliknya, bila seorang manusia tidak menggunakan pikirannya (tak pernah berpikir keras, cenderung menggunakan bagian terkecil dari kemampuan otaknya) berarti orang itu 'telah mati' karena tak mampu berpikir keras.
~ Positive thinking dan open minded adalah salah satu perwujudannya. Oke, jangan berpikiran dangkal dan apriori.
To be continued
~ Bahkan aku sudah tidak perduli lagi apa yang terjadi padamu. Sudah terlalu lama aku merendahkan diriku bahkan tidak menjadi diriku sendiri hanya untuk menebus sesuatu darimu.
~ Entah aku yang bodoh dan terlalu kotor atau engkau yang sangat sempurna, sangat bersih dan selalu benar sehingga seolah menganggapku begitu rendah dan tidak pantas didekati.
~ Aku terlalu membuang buang energi untuk sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak jelas. Sesuatu yang masih mengambang.
~ Dalam ketidakpedulianku semoga kau berubah.
~Dalam hidupku aku telah beberapa kali mengasah intan sehingga menjadikan sebuah pribadi yang kuat dan berkarakter. Menjadikan berlian yang berharga dan bermartabat.
~Tahun 1990, di Yogyakarta kutemukan sebuah batu berharga, kuasah ia kurang lebih 10 bulan, dan jadilah sebuah batu berlian yang indah dan berkarakter khas. Berlian itu dikoleksi sahabat baikku seorang trah darah biru dari Kasultanan Yogyakarta.
~Tahun 1992 kutemukan batu berharga di seputaran Pengging. Batu permata ini sangat spesifik dan bertalenta. Kuasah dengan kesabaran dan ketelitian, dan akhirnya menjadi intan yang begitu mempesona dan masyur hingga ke manca negara. Intan itu kini dikoleksi oleh seoran seniman Surakarta.
~Akhir tahun 1992 kutemukan batu berharga di dekat tempat tinggalku. Batu tersebut begitu sederhana. Kuasah dia dan jadilah berlian yang sederhana tapi menancarkan aura positif yang amat kuat. Berlian itu kukoleksi hingga kini dan akan kujaga sampai aku mati.
~Di tahun 2001 kutemukan intan yang amat elok di daerah Riau. Kuasah dan kubentuk, akhirnya menjadi intan yang charming n smart. Intan itu akhirnya kutinggalkan di Pkn Baru. Aku pulang kampung. Entah apa yang terjadi dengannya saat ini, dan dimiliki oleh siapa?
~Nah ini yang menarik. Aku baru saja menemukan intan di dekat rumahku. Saat ini aku bingung. Akan kuasah dan kubentuk, tapi batunya masih terlalu muda. Akhirnya ya kuhentikan usahaku. Batu itu sekarang. kuletakkan begitu saja. Aku tidak bisa mengasahnya. Kubiarkan dia kerkilau karena proses alam.
~Itulah hasil kerja kerasku mengasah intan kepribadian