12 Desember 2011

Penuh dan Membuncah


~ Ternyata selama ini aku terlalu apatis dan egosentris, terlalu asyik dengan diri sendiri dan kurang peka menyikapi dunia di luar di sekitar diriku. Terlalu percaya diri sehingga kepercayaan diri itu justru nampak sebagai sebuah keangkuhan.

~ Ternyata di luar sana masih banyak sahabat yang begitu menyayangiku, melindungiku bahkan membantuku dengan tulus saat aku lara. Sahabat yang tidak selalu menghiyakan semua tindakanku, namun juga mau mengkritik aku saat aku salah. Ah begitu menyenangkan dan membanggakan punya sahabat yang demikian.

~ Ternyata di luar sana terdapat juga sekeping hati yang begitu mencintai dan menyayangi diriku. Sekeping hati yang membuat aku takut tertambat namun semua telah terlambat. Sekeping hati yang telah terpahat di pojok hati dalam perpustakaan pribadiku. Sekeping hati yang menimbulkan kebahagiaan yang begitu rumit dan telah tahu bahwa kebahagiaan yang sederhana ini bisa menghempaskannya pada suatu ketika. Ah betapa bangganya terlibat dalam kebahagiaan orang lain yang begitu tulus dan mantap bahkan sedikit nekad. Akupun sangat menikmati dan mensyukuri kebahagian ini.

~ Ternyata yang sangat membanggakan dan menggetarkan hati adalah kebahagiaan keluarga sendiri. Begitu nyata dan lebih pekat nuansa hubungan batinnya. Tak terbantah dan tak tergantikan oleh kebahagiaan manapun. Terima kasih buat istri dan anak anakku tercinta yang telah begitu mencemaskan aku saat aku tak berada di sisimu dan begitu mengkawatirkan diriku saat tak ada kabar berita dariku. Oh . . . aku begitu bangga dan sungguh mencintai dan menyayangi keluargaku tanpa syarat apapun.

~ Ah begitu lengkap kebahagiaanku saat ini, dalam hati sanubariku. Ternyata memang kebahagiaan tak perlu dicari jauh jauh. Sebab dia berada di dekat kita. Yaitu di hati kita. Terima kasih ya Tuhan.

By Budijava Rhagagaz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar