~Sifat yang kadang memusingkan orang lain. Tidak mau mengerti, keras kepala. Tidak mau mengalah, selalu merasa paling benar. Egois, narsis, suka dipuji dan ingin dianggap hebat. Gampang mencela orang, logika pendek dan dangkal. Cenderung rapuh dan cengeng. Bila terpojok dalam suatu masalah mudah menjadi pendendam.
~Ini adalah sifat orang yang kesadarannya belum tumbuh sepenuhnya. Atau kanak kanak dalam tubuh remaja atau orang dewasa yang kematangan karena bertambahnya usia belum atau tidak terjadi.
~Proses pembentukan karakter yang baik adalah menjadi matang dan dewasa dengan membawa sifat childish. Matang dan bertanggung jawab dalam bergaul dan memperlakukan orang lain dengan sopan dan selalu ramah. Tetap playful.
~Saya pernah dikatakan kekanak-kanakan oleh orang yang betul-betul kekanak-kanakan. Tapi saya tetap tersenyum dan berkata, 'tidak masalah, masih lebih baik kekanak-kanakan daripada dikatakan kriminal.'
~ Kadang aku menyayangi (bukan mencintai) orang lain seperti menyayangi keluargaku sendiri, melebihi menyayani diriku sendiri. Walau akhirnya yang kudapat hanya kebencian yang membabi-buta, yang menafikan kepekaan nurani. Naif memang, namun aku ikhlas. Itu semua adalah proses pembelajaran kedewasaan yang tak mengenal batas waktu.
~ Merenungkanmu kini memang akan menggugah haruku. Aku berekspektasi terlalu tinggi terhadap dirimu. Kedewasaan tak dapat dipercepat, direncanakan atau didatangkan dengan paksa. Harus berjalan sesuai dengan proses kehidupan. Itulah yang terlambat aku sadari. Cara seseorang mencapai tataran kedewasaan tidaklah sama.
~ Aku memang bodoh dan kadang naif, namun aku mengakui dan menyadari kebodohanku itu. Aku hanya berusaha menjadi orang yang baik, berguna dan bermartabat. Aku tak tertarik menjadi orang yang pandai dan terkenal tapi tanpa kepekaan nurani.
~Berbahagiaalah bagi orang yang pernah kuanggap sebagai saudaraku, berarti dia telah mendapatkan sebagian jiwaku. Dan aku takkan pernah menyesali komitmenku karena itu kuanggap sebagai membayar hutang pada manusia dan kehidupan.