Penipuan lewat Internet yang
menimpa kalangan selebritas
harus membuat kita lebih
berhati-hati. Jangan mudah
percaya dan jangan pula
mengumbar data pribadi di
Internet. Pemerintah pun
mesti lebih serius mengusut
kejahatan lewat di dunia
maya.
Aksi kriminalitas via Internet
berulang kali terjadi.
Korbannya tak mengenal
umur, pendidikan, atau kelas
sosial tertentu. Kali ini yang
tertimpa sial adalah seniman
Butet Kartaredjasa. Ia ditipu
oleh orang yang mengaku
sebagai Jajang C. Noer, yang
juga seniman. Lewat chatting
di Yahoo! Messenger, Butet
diminta mentransfer uang Rp
2,1 juta.
Jajang palsu ini merayu
dengan cara amat
meyakinkan. Ia mengaku
sedang berada di Rumah Sakit
Cikini, Jakarta, menjenguk
saudaranya, dan butuh uang
segera. Karena kartu ATM-
nya patah, ia tak mungkin
mengambil uang. Jadi Butet
diminta mengirim uang ke
rekening Udin, saudaranya.
Butet pun percaya. Tanpa
pikir panjang, ia mengirim
uang lewat Internet. Teman-
teman lain Jajang juga tertipu.
Rupanya ada yang membajak
akun Yahoo! Messenger
Jajang.
Penipuan seperti ini harus
diperangi. Caranya antara lain
menyadarkan pengguna
Internet agar ekstrahati-hati.
Pembobolan akun Yahoo! atau
Facebook biasanya terjadi
lantaran password yang
mudah ditebak. Banyak orang
yang menggunakan data
pribadi, seperti tanggal lahir,
nama anak, atau nama istri,
sebagai kata sandi.
Masalahnya, data pribadi ini
kerap kali dipampang di situs
seperti Facebook, sehingga
mudah diintip hacker.
Kementerian Komunikasi dan
Informatika mesti
berkampanye untuk
mengurangi kejahatan lewat
Internet. Begitu pula Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia. Mereka harus
mendidik masyarakat agar
memiliki kesadaran
berinternet secara aman.
Apalagi pemakai Internet
makin lama makin berlimpah.
Kini jumlah pengguna Yahoo!
di Indonesia mencapai 12 juta
orang. Pengguna Facebook di
Indonesia sebanyak 20 juta
orang. Mereka adalah sasaran
empuk para penjahat dunia
cyber.
Setidaknya ada dua hal yang
mesti disadari saat
menggunakan Internet.
Pertama, jangan mudah
percaya. Kita harus selalu
berhati-hati dan mengecek
ulang orang yang
berkomunikasi dengan kita
lewat Internet. Kedua, jangan
umbar data pribadi di
Internet. Ini akan memberikan
peluang bagi para penipu.
Sebab, tak ada situs yang 100
persen aman. Bahkan akun
komisaris Facebook pun
dibobol hacker.
Kejahatan lewat dunia maya
juga bisa dikurangi bila polisi
lebih serius mengusut
pelakunya. Mungkin karena
nilai kerugiannya relatif kecil,
selama ini polisi cenderung
membiarkannya. Padahal
melacak jejak maling di
Internet bukanlah hal sulit.
Mereka bisa menelusuri
identitas pemilik rekening
yang menampung hasil
penipuan itu. Polisi juga bisa
mengendus jejak maling dari
data di server. Dari data itu
bisa diketahui dari mana sang
maling mengakses Internet.
Bagaimanapun, pemerintah
dan penegak hukum harus
mengayomi masyarakat dari
segala jenis kejahatan,
termasuk penipuan lewat
dunia maya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar