30 Oktober 2009

'Kingdom of Heaven', tentang Kebersamaan dan Toleransi


Jumat 30/10 dini hari sekitar pukul 01.00 RCTI menayangkan film 'Kingdom of Heaven'. Sebuah film epik yang apik produksi 2005, tepatnya rilis kali pertama 6 Mei '05. Lengkapnya klik http://id.wikipedia.org/wiki/Kingdom_of_Heaven

Saya nonton film ini sudah kali ketiga. Namun baru dini hari tadi saya benar benar merasa begitu terkesan dan tersentuh. Terkesan dengan tokoh Balian Ibelin dan Sultan Saladin (Salahuddin Al-Ayyubi), memandang kota suci Yerusalem dari dua sisi yang begitu berbeda. Siapa yang protagonis, mana yang antagonis jadi begitu relatif. Seperti kita ketahui Yerusalem merupakan kota suci tiga agama besar di dunia ini.

Cara Balian membangkitkan semangat warga Yerusalem yang multi ras dan agama untuk mempertahankan tanah Yerusalem dari gelombang serbuan tentara Sultan Salahuddin. Lugas dan mengena, begitu heroik.

Lalu cara Sultan Salahuddin membuat kesepakatan dengan Balian, diluar dugaan sama sekali. Begitu bijak dan mengejutkan, dan perang usai. Mana yang menang atau mana yang kalah? Terserah penonton besendapat. Kebesaran jiwa kedua tokoh itu memang menjadi kekuatan cerita film epik ini.

Hikmah cerita film 'Kingdom of Heaven' begitu dalam dan mengesankan. Tidak memandang perang salib secara hitam putih. Perbedaan ras dan agama tidak ditonjolkan sama sekali. Justru sisi humanis dieksplorasi dengan casting yang ciamik.

Wah gara gara imsomniaku kambuh, justru aku dapat pencerahan baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar